Manusia terlahir di dunia bagaikan kertas yang kosong, hidup ini adalah sebuah proses, hidup adalah sebuah pencarian mengisi kekosongan. Kehidupan di kota dan di desa juga berbeda, informasi dan kegiatan – kegiatan pendidikan jauh berbeda. 

Hidup di desa haruslah bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan berita – berita yang disajikan. Masyarakat petani di desa haruslah tumbuh rasa ingin mengetahui dan petani harus tumbuh rasa gemar membaca agar informasi dan perkembangan kehidupan di kota dan di kampung lain bisa di ketahui.
Petani membaca, petani literasi adalah cerminan dan upaya menuju pertanian Indonesia yang lebih berwawasan dan intelektual. Petani adalah profesi yang sangat menjanjikan dan mampu menyerap lapangan pekerjaan.

Kegiatan – kegiatan seperti membaca dan diskusi persoalan pertanian dapat kita jumpai di Rumah Koran. Petani kadang mendiskusikan harga komuditi, pupuk yang mereka gunakan dan hama yang menyerang tanaman mereka.
Kegiatan diskusi ini biasanya tanpa perencanaan, mereka lewat dan akhirnya singgah duduk sejenak namun karena keasikan di Rumah Koran akhirnya  diskusi, baca buku dan baca Koran di mulai.

Rumah Koran menjadi tempat istrahat, dan berteduh ketika hujan,  Rumah Koran ibarat milik semua orang, tidak ada aturan, skat pembatas antara kaya dan miskin, harus berpakaian rapi dan tidak, semua bebas memanfaatkan Rumah Koran.
Petani membaca, petani Literasi, menjadi kebiasaan dan bukan lagi hal langka yang jarang di lihat dan di jumpai, buku dan Koran sudah menjadi bahagian dari kehidupan petani. 

Walau keberhasilan itu belumlah mampu diukur secara angka tetapi Rumah Koran dan Satu Dusun Satu Rumah Baca telah menggema di ucapan masyarakat petani, bahwa gerakan Cerdas Anak Petani adalah Usaha mencerdaskan kehidupan Bangsa dari Pelosok negeri.

0 Komentar