Menuangkan Pengalaman Perjalanan Hidup Dalam Tulisan
MENUANGKAN PENGALAMAN DALAM TULISAN
Banyak pengalaman hanya terekam dalam ingatan diri sendiri. Seiring waktu, ingatan itu bisa lupa karena tertumpuk oleh berbagai urusan dan faktor umur. Maka sebagian orang berusaha menuangkan berbagai pengalaman itu ke dalam tulisan. Pertama, sebagai prasasti dari rekam jejak pengalaman. Kedua, dapat digunakan untuk pelajaran orang lain yang membaca tulisan tersebut. Apalagi "ilmu yang manfaat" diyakini sebagai salah satu amalan yang akan mengiringi manusia sepanjang masa.
Membuat tulisan dimulai dari pelajaran dasar menyusun
kata-kata menjadi kalimat yang jelas dan mudah dipahami. Biasanya susunan
kalimat tersebut mengacu pada SPOK (Subyek Predikat Obyek Keterangan), seperti
pelajaran di bangku sekolah dasar sampai SMA. Jika sudah bisa menyusun kalimat
dengan cepat, perlu ditambah kecerdasan dalam memilih kosa kata yang menarik
dan tidak membosankan. Misalnya kata sambung tidak boleh monoton, tetapi bisa
digunakan variasi kata walau maknanya sama, misalnya : sehingga, kemudian,
lalu, berikutnya, dan setelah itu.
Sangat penting menjadi diri sendiri (as be yourself).
Boleh kita mengagumi tulisan orang, tapi tulisan sendiri adalah ciri khas
masing-masing. Ada seni dan gaya yang berbeda bagi tiap orang. Makanya penting
untuk percaya diri. Lakukan sesuai suara hati, yang penting yakin benar dan
nyaman menjalaninya. Nanti lama-lama kita akan punya branding (ciri khas)
sendiri.
Buatlah tulisan yang nyaman dan menarik bagi pembaca
kebanyakan. Gunakan kata-kata umum dan menarik serta unik, sehingga orang suka
membacanya. Jangan paksa pembaca membaca istilah kata asing. Umumnya pembaca
akan males baca lagi jika ada beberapa kata yang sulit diketahui maknanya. Jika
terpaksa mengutip kata daerah atau asing, segera ikuti dengan terjemahannya di
dalam kurung, contoh : bestie (sahabat karib).
Buat tulisan yang mengalir. misalnya dari rendah, naik ke
tinggi, sampai puncak, lalu menurun lagi ke lembah berikutnya. Seperti irama
dari rendah, melengking tinggi lalu rendah lagi. Umumnya pembaca suka alur
cerita yang seiring waktu, karena cerita kembali ke masa lalu kadang membuat
bingung. Bagus juga tulisan deskripsi yang seakan mampu dirasakan oleh panca
indera, sehingga pembaca seperti mengalami sendiri di lokasi kejadian yang
dituliskan.
Alenia terakhir sebaiknya diisi dengan kesimpulan dan
saran, yang dituangkan dalam untaian kalimat ber-hikmah. Sehingga para pembaca
dapat mengambil manfaat yang sebanyak-banyaknya. Misalnya, saya lebih suka
nasehat yang tersirat tanpa mengutip sumber dari ajaran agama tertentu,
sehingga semua orang, apapun agamanya, akan merasa nyaman membaca nasehat itu.
Teruslah menulis dan menulis. Di awal akan berbenturan
dengan keraguan dan ketakutan hasil kurang bagus. Tapi kebagusan itu biasanya
seiring dengan semakin seringnya menulis. Selamat mengasah diri dengan karya
tulis yang terpatri bagai prasasti kehidupan untuk masa kini dan yang akan
datang.
Muhamad Kundarto
0 Komentar